Langsung ke konten utama

Bernarasi : Surat Untuk Aksioma

Pada 26 November 2019

Katanya manusia yang masih hidup bisa berkomunikasi tanpa harus bertatap muka.Maka aku memohon  segelap apapun tempatmu kini. Jangan pernah berhenti untuk mencari celah cahaya datang. Jangan berhenti bernapas meskipun disana hampa. Jangan berhenti untuk mencari datangnya suara. 

Untuk Aksioma, 

Tidak semua hal harus kamu yang tanggung. kamu tidak sendirian dan jangan pernah merasa sendirian. Jika terasa sulit untuk bergerak maju, kemarilah dan rehat sejenak. Aku akan menjadi tempat berbagi dan mari kita tanggung bersama, Jangan pergi dengan sia-sia sekalipun itu sangat kamu inginkan. Jangan pernah berfikir untuk pergi dengan sia-sia. 

Aku memohon dengan sangat. Mari kita tumbuh bersama. Jika bagimu tumbuh sendiri menjadi amat sulit. Maka berpalinglah dan duduk bersama ku. mari kita lihat indahnya semesta bersama. Mari berhenti disini untuk menyakiti diri sendiri dan berhenti menyalahi diri sendiri. 

Kamu benar, jika kamu bisa melupakan kenangan di masa lalu untuk menyembuhkan luka sebelumnya, maka lakukanlah. mari lakukan itu bersama-sama. Tidak selamanya semua hal harus kamu yang tanggung, harus kamu yang satu-satunya berkorban dan bertanggung jawab. Berhentilah menyalahkan diri sendiri. Lihatlah kesini Jangan kearah lain. Lihatlah banyak yang berdiri dibelakang mu dan tidak ada yang berharap bahwa kamu akan jatuh. Kamu berharga dan selalu akan berharga. Jangan lupakan itu! mari kita buat ini menjadi bahagia, ringan dan sederhana. 

Tersenyumlah setidaknya untuk dirimu sendiri.

Tersenyumlah karena Semesta tidak lari.

DIN


Telah diterbitakan dalam buku analogi cerpen, puisi dan surat  Asam, Manis dan Pahit. oleh Komunitas Sahabat Literasi pada Januari 2020



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mini Cafe Di Suatu Hari

Bersatunya Mini Cafe dan Studio sumber :  https://www.instagram.com/di.suatu.hari/ Hai, Readers!  Di zaman sekarang ini banyak sekali cafe-cafe atau tempat-tempat makan yang memiliki design kekinian untuk meningkatkan ketertarikan pelanggan. Bagi teman-teman gen Milenials pastinya kegiatan berfoto menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan ketika sedang berkegiatan salah satunya saat kumpul atau nongkrong di sebuah cafe.     Salah satunya cafe yang membuat Aku jatuh cinta pada pandangan pertama yaitu,  cafe disuatu hari yang berlokasi di Sukabumi Jawa Barat. Selain  tempatnya yang keren, turut campurnya berbagai tulisan atau quote di setiap kemasan minuman, dinding-dinding ruangan menjadi daya tarik tersendiri sehingga tidak heran banyak pelanggan yang datang untuk berfoto. Berikut ini beberapa potret aku bersama kakak ku di cafe Di suatu hari  Dengan suasana, makanan dan  minuma...

Bernarasi : Cerpen Senandung Hujan

Suara rintik air hujan berdendang di sore hari tatkala senja menghampiri. Awan hitam menutup hamparan langit jingga Sang senja yang dikagumi oleh Kanaya. Kanaya berdiri menghadap jendela rumah bersama secangkir teh dalam genggamanya.   Kanaya menatap hujan. Bola matanya yang berwarna hitam memancarkan sendu tak berwarna. Pancaran mata yang memikirkan hal yang mengusik pikiranya. Ia menatap hujan yang digemari manusia-manusia di muka bumi. Hujan yang berisi harapan, kebahagian dan kesejukan bagi mereka yang senang terhadapnya Namun, bagi Kanaya suara itu berbeda. Bagi Kanaya hujan adalah histori yang mendekap dalam hati yang ingin dilupakan. Jika setiap rintik air hujan itu bisa dibuat tak bersuara maka Kanaya akan lakukan hal itu.   Namun, Kanaya tak dapat menahan hujan. Tatkala hujan berhenti gadis   berambut ikal dengan wajah tak berekspresi ini pun berangkat menuju perpustakaan   kampus. Ia adalah salah satu mahasiswi jurusan kedokteran di Universitas adi...

Bernarasi : Cerpen Disuatu Hari (Mac&Mo)

Sajak-sajak rindu bergantungan pada tembok yang penuh dengan harapan. Iringan musik indie mengiringi setiap hembusan angin yang masuk pada celah jendela kaca kedai kopi di pinggiran kota Sukabumi. Secangkir kopi mocha dituang perlahan bersamaan dengan kopi machiato harumnya pun menghiasi ruangan yang ramai dipenuhi para penduduk bumi. Seorang perempuan duduk di depan kanvas miliknya. Rambutnya yang pendek berwarna hitam menghias wajah bulatnya. Lalu pada   suatu hari “Pesanan atas nama Mocha...” ucap pelayan. Perempuan itu menoleh dengan garis mata yang indah. Senyuman yang bersemayam pada wajahnya membuat hangat seisi ruangan. “Saya...” ucap Mocha. “Satu kopi Mocha untuk nona Mocha tentu saja” ucap pelayan. “Kamu bisa aja. Terimakasih” Mocha duduk kembali ke bangkunya yang dekat dengan jendela. Ia melihat sebuah amplop berwarna cokelat yang diikat dengan tali dari serabut. “Mas... maaf ini punya siapa yah?” ucap Mocha. “Kurang tau mba” ucap pelayan. ...