Sajak-sajak rindu bergantungan pada tembok yang penuh dengan harapan. Iringan musik indie mengiringi setiap hembusan angin yang masuk pada celah jendela kaca kedai kopi di pinggiran kota Sukabumi. Secangkir kopi mocha dituang perlahan bersamaan dengan kopi machiato harumnya pun menghiasi ruangan yang ramai dipenuhi para penduduk bumi. Seorang perempuan duduk di depan kanvas miliknya. Rambutnya yang pendek berwarna hitam menghias wajah bulatnya. Lalu pada suatu hari “Pesanan atas nama Mocha...” ucap pelayan. Perempuan itu menoleh dengan garis mata yang indah. Senyuman yang bersemayam pada wajahnya membuat hangat seisi ruangan. “Saya...” ucap Mocha. “Satu kopi Mocha untuk nona Mocha tentu saja” ucap pelayan. “Kamu bisa aja. Terimakasih” Mocha duduk kembali ke bangkunya yang dekat dengan jendela. Ia melihat sebuah amplop berwarna cokelat yang diikat dengan tali dari serabut. “Mas... maaf ini punya siapa yah?” ucap Mocha. “Kurang tau mba” ucap pelayan. ...
instagram @dinitayusani @prosaarasa